Faktual News Jakarta – Nilai tukar rupiah kembali tertekan di hadapan dolar AS pada perdagangan Jumat (10/10/2025). Pada pukul 09.59 WIB, mata uang Garuda berada di level Rp16.599 per dolar AS, mengalami pelemahan sebesar 0,19 persen.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memproyeksikan pergerakan rupiah hari ini akan berada dalam rentang Rp16.510 hingga Rp16.596 per dolar AS. "Pandangan kami rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp16.510 dan Rp16.596 per dolar AS," ujarnya.

Andry menjelaskan, penguatan dolar AS secara global menjadi faktor utama pelemahan rupiah. Indeks Dolar AS (DXY) melonjak ke level 99,4, tertinggi dalam dua bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh melemahnya mata uang utama dunia lainnya terhadap dolar.
"Dolar AS menguat signifikan terhadap yen setelah kemenangan Sanae Takaichi, tokoh konservatif, dalam pemilihan kepemimpinan di Jepang. Hal ini memicu ekspektasi peningkatan belanja fiskal," imbuh Andry.
Selain itu, ketidakpastian politik di Prancis turut membebani mata uang Euro. Meskipun Presiden Macron menjanjikan penunjukan perdana menteri baru dalam 48 jam ke depan, sentimen pasar masih belum stabil.
Di sisi lain, penutupan pemerintahan AS yang berkelanjutan menyebabkan penundaan rilis data ekonomi penting. Akibatnya, investor hanya memiliki sedikit indikator dari sektor swasta untuk mengukur kondisi ekonomi Negeri Paman Sam.
Namun, Andry menambahkan, pelaku pasar masih meyakini bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin sebanyak dua kali pada tahun ini. Keyakinan ini didasarkan pada risalah rapat The Fed terbaru yang mengindikasikan bahwa para pembuat kebijakan mempertimbangkan risiko penurunan lapangan kerja di tengah tekanan inflasi yang berkelanjutan.
