Faktual News Mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 22 September 2025, menutup perdagangan dengan sedikit penurunan. Meskipun demikian, pergerakan ini menyimpan cerita menarik yang perlu diulas lebih dalam. IHSG berakhir di level 8.040,03, mengalami koreksi tipis 0,14 persen dari posisi penutupan sebelumnya di angka 8.051,11.
Data dari RTI Business menunjukkan dinamika yang cukup menarik. Sebanyak 297 saham mengalami koreksi, namun angka ini diimbangi oleh 371 saham yang justru menguat. Sisanya, 132 saham stagnan. Total volume perdagangan mencapai 39,79 miliar saham dengan frekuensi transaksi mencapai 2,31 juta kali, menghasilkan nilai transaksi yang cukup signifikan, yaitu Rp23,08 triliun.

Kondisi ini juga tercermin pada indeks-indeks domestik lainnya. IDX30, LQ45, Sri-Kehati, dan JII kompak melemah, masing-masing sebesar 0,18 persen, 0,75 persen, 0,32 persen, dan 0,49 persen.
Namun, fokus utama justru terletak pada kinerja sektoral. Meskipun IHSG terkoreksi, mayoritas sektor justru menunjukkan performa positif. Sektor industri memimpin dengan kenaikan 2,43 persen, diikuti oleh infrastruktur (1,76 persen), transportasi (1,29 persen), bahan baku (1,27 persen), dan energi (1,25 persen). Sektor properti, non-siklikal, siklikal, dan teknologi juga mencatatkan penguatan, meskipun dengan persentase yang lebih rendah. Hanya sektor keuangan (-0,27 persen) dan kesehatan (-0,23 persen) yang mengalami tekanan.
Pergerakan saham individual juga menarik perhatian. PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menjadi top gainers, sementara PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) tercatat sebagai top losers. Aktivitas perdagangan paling tinggi terlihat pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA).
Kesimpulannya, penurunan IHSG kali ini tidak mencerminkan gambaran keseluruhan pasar. Kinerja sektoral yang beragam menunjukkan adanya dinamika yang kompleks dan perlu dipantau lebih lanjut untuk memahami tren pasar ke depan.
