Faktual News melaporkan, IHSG ditutup lesu di angka 7.188,35 pada penutupan perdagangan 26 Mei 2025. Penurunan 0,36 persen ini menandai hari yang kurang menguntungkan bagi investor, setelah dibuka di level 7.231,47. Data dari RTI Business menunjukkan gambaran yang cukup suram: 414 saham terkoreksi, sementara hanya 225 saham yang berhasil menguat, dengan 170 saham lainnya stagnan. Volume perdagangan mencapai 35,55 miliar saham, dengan frekuensi transaksi mencapai 1,41 juta kali dan nilai transaksi mencapai Rp14,00 triliun.
Meskipun beberapa indeks menunjukkan pergerakan positif – IDX30 naik 0,28 persen ke 427,90, LQ45 meningkat tipis 0,02 persen ke 816,72, dan Sri-Kehati menguat 0,62 persen ke 381,33 – JII justru melemah 0,03 persen ke 486,08. Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar.

Sektor teknologi menjadi salah satu yang paling terpukul, mencatat penurunan signifikan sebesar 2,05 persen. Sektor properti, industri, dan siklikal juga mengalami penurunan yang cukup dalam, masing-masing sebesar 1,47 persen, 0,65 persen, dan 0,64 persen. Sektor keuangan, infrastruktur, dan non-siklikal juga ikut tertekan, dengan penurunan masing-masing sebesar 0,63 persen, 0,51 persen, dan 0,35 persen.
Di sisi lain, beberapa sektor berhasil mencatatkan penguatan. Sektor bahan baku memimpin dengan kenaikan 0,60 persen, diikuti sektor energi (0,54 persen), kesehatan (0,34 persen), dan transportasi (0,07 persen). Pergerakan yang beragam ini menunjukkan adanya dinamika yang kompleks di dalam pasar.
Saham-saham top gainers hari ini antara lain BRMS, HOKI, dan CFIN, sementara TOTL, BCAP, dan ARTO menjadi top losers. BRMS, BUMI, dan DEWA tercatat sebagai tiga saham yang paling aktif diperdagangkan. Kondisi pasar yang fluktuatif ini tentunya menjadi perhatian bagi para pelaku pasar modal. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyebab di balik pergerakan IHSG yang kurang menggembirakan ini.