Faktual News Sejak pertengahan Oktober hingga awal November 2025, saham-saham blue chip menunjukkan performa yang mengesankan. Indeks LQ45, yang berisi saham-saham unggulan, melonjak 8%, jauh melampaui kenaikan IHSG yang hanya 2%. Analis dari Stockbit Sekuritas, Edi Chandren, melihat ini sebagai realisasi dari proyeksi sebelumnya, di mana investor mulai beralih dari saham konglomerasi ke blue chip.
Rotasi ini terutama terjadi pada saham-saham sektor konsumer dan perbankan. Investor mempertimbangkan potensi profit taking setelah kenaikan signifikan pada saham konglomerasi. "Kami melihat kenaikan saham blue chip ini masih di tahap awal dan berpotensi berlanjut hingga akhir 2025," ungkap Edi dalam risetnya.

Edi menjabarkan tiga faktor utama yang mendorong pergeseran ini:
-
Puncak Pesimisme Terlewati: Kinerja emiten pada kuartal III 2025 ternyata tidak seburuk yang diperkirakan. Meskipun beberapa emiten masih mencatatkan hasil di bawah ekspektasi, jumlahnya tidak sebanyak pada kuartal sebelumnya. Hal ini, menurut Stockbit, disebabkan oleh ekspektasi yang sudah diturunkan sejak rilis kinerja kuartal II 2025. Estimasi laba bersih untuk bank-bank besar bahkan telah dipangkas 1-10% sejak kuartal II. Namun, manajemen bank melihat prospek yang lebih baik di kuartal IV 2025, seiring dengan pertumbuhan kredit dan penurunan cost of fund. "Oleh karena itu, risiko pemangkasan estimasi kinerja pasca-kuartal III 2025 cenderung terbatas dan bahkan berpotensi direvisi naik seiring ekspektasi pemulihan ekonomi," jelas Edi.
-
Sinyal Pemulihan Ekonomi: Data makroekonomi bulanan mulai menunjukkan tanda-tanda akselerasi. Pertumbuhan uang beredar (M2) dan kredit meningkat, begitu pula dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia. Pertumbuhan M2 pada September 2025 mencapai 8% year-on-year (yoy), menandai peningkatan dalam empat bulan beruntun. Pertumbuhan kredit juga naik menjadi 7,2% yoy. PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2025 naik menjadi 51,2, menandakan ekspansi aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut. S&P Global mencatat bahwa faktor utama peningkatan ini adalah percepatan pertumbuhan permintaan.
-
Potensi Foreign Inflow Berlanjut: Sejak 17 Oktober hingga 3 November 2025, IHSG mencatatkan net foreign inflow sebesar Rp7,2 triliun di pasar reguler. Dengan tren perbaikan ekonomi, didorong oleh percepatan belanja pemerintah dan tren penurunan suku bunga, Stockbit meyakini foreign inflow berpotensi berlanjut.

