Faktual News melaporkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan 26 Agustus 2025, mencatatkan penurunan signifikan. IHSG ambles ke level 7.905,75, mengalami koreksi 0,27 persen dari posisi sebelumnya di angka 7.926,90. Pergerakan ini menunjukkan suasana pasar yang cenderung bearish.
Data dari RTI Business menunjukan 393 saham mengalami penurunan, sementara 266 saham menguat dan 145 saham stagnan. Nilai transaksi harian terbilang tinggi, mencapai Rp43,07 triliun, dengan volume perdagangan 57,05 miliar saham dan frekuensi transaksi sebanyak 2,36 juta kali.

Tren negatif IHSG juga terlihat pada indeks-indeks lainnya. IDX30 anjlok 1,14 persen ke level 423,73, LQ45 merosot 1,36 persen menjadi 817,61, Sri-Kehati melemah 0,93 persen ke 380,14, dan JII turun tajam 1,75 persen ke 530,05. Kondisi ini mengindikasikan pelemahan yang cukup luas di pasar saham domestik.
Mayoritas sektor mengalami penurunan. Sektor bahan baku memimpin pelemahan dengan penurunan 1,43 persen, diikuti sektor properti (-1,38 persen), keuangan (-0,69 persen), dan non-siklikal (-0,61 persen). Sektor siklikal, transportasi, dan infrastruktur juga mengalami koreksi masing-masing sebesar 0,56 persen, 0,52 persen, dan 0,48 persen.
Namun, beberapa sektor mampu bertahan dan bahkan menunjukan penguatan. Sektor energi memimpin kenaikan dengan pertumbuhan 2,46 persen, disusul sektor kesehatan (1,45 persen), industri (1,13 persen), dan teknologi (0,44 persen).
Saham-saham dengan performa terbaik (top gainers) antara lain Jhonlin Agro Raya (JARR), TBS Energi Utama (TOBA), dan Dian Swastatika Sentosa (DSSA). Di sisi lain, saham-saham dengan kinerja terburuk (top losers) meliputi MD Entertainment (FILM), Lippo Karawaci (LPKR), dan Multipolar (MLPL). Ketiga saham yang paling aktif diperdagangkan adalah Dian Swastatika Sentosa (DSSA), Amman Mineral Internasional (AMMN), dan Bank Central Asia (BBCA). Pergerakan saham-saham ini mencerminkan sentimen pasar yang beragam dan dinamis.
