Faktual News Jakarta – PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) terus menunjukkan performa gemilang di sepanjang kuartal III 2025. Terbukti, pendapatan konsolidasian perusahaan mencapai Rp8,9 triliun, melonjak 25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Kontributor utama dari peningkatan pendapatan ini adalah segmen kelapa sawit, yang menyumbang sekitar 88% dari total pendapatan DSNG. Produk kayu menyusul dengan kontribusi 11%, dan energi terbarukan sebesar 1,7%.

Andrianto Oetomo, Direktur Utama DSNG, mengungkapkan bahwa kinerja positif ini memungkinkan perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp1,3 triliun, naik signifikan sebesar 51% yoy. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) produk sawit dan efisiensi operasional yang lebih baik di seluruh lini bisnis.
"Pendapatan dari segmen kelapa sawit mencapai Rp7,8 triliun, meningkat 27,8% yoy. Hal ini didukung oleh kenaikan ASP untuk seluruh produk utama, yaitu CPO naik 16,3% yoy, Palm Kernel melonjak 80,5%, dan PKO tumbuh 82,8%, sementara volume penjualan naik sekitar 5%," jelas Andrianto dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) juga mengalami peningkatan sebesar 4% yoy menjadi 1,6 juta ton, dengan produksi CPO naik 3,9% yoy. DSNG juga berhasil menjaga kualitas produknya, dengan Free Fatty Acid (FFA) stabil di 3% dan Oil Extraction Rate (OER) di 23,37%.
Sementara itu, pendapatan dari segmen produk kayu tercatat sebesar Rp948,8 miliar, naik 9,2% yoy. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan panel sebesar 9,9% yoy, dan engineered flooring sebesar 3,2% yoy. "Permintaan global menunjukkan perbaikan meskipun masih dihadapkan pada tantangan eksternal seperti tarif perdagangan Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik," imbuh Andrianto.
Sayangnya, pendapatan dari segmen energi terbarukan mengalami penurunan sebesar 8,3% yoy, menjadi Rp148,9 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan sementara volume penjualan dan harga jual akibat fluktuasi permintaan biomassa di pasar Jepang.
Namun, kabar baiknya, produk wood pellet yang mulai beroperasi komersial sejak awal tahun telah berhasil menjual 13,7 ribu ton dengan harga rata-rata USD120 per ton, memberikan kontribusi tambahan terhadap pendapatan segmen energi terbarukan.

