Faktual News Jakarta – Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) pada tahun 2026 diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini diungkapkan oleh PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), yang melihat adanya perubahan signifikan dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
Salvian Fernando, perwakilan PHEI, menjelaskan bahwa proyeksi penurunan ini didorong oleh ekspektasi peningkatan pendapatan negara. "Dengan pendapatan negara yang diprediksi naik, kebutuhan pembiayaan melalui SBN akan berkurang. Ini berdampak pada permintaan obligasi pemerintah," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (30/9/2025).

PHEI juga memberikan apresiasi terhadap kebijakan pemerintah yang menempatkan dana sebesar Rp200 triliun di bank-bank BUMN. Dana ini diharapkan memberikan efek berganda bagi perekonomian. "Yang menarik, dana ini dikunci dan tidak boleh digunakan untuk membeli SBN. Ini penting, mengingat bank sudah sangat agresif mengumpulkan SBN tahun ini," lanjut Salvian.
Lebih lanjut, PHEI memproyeksikan The Fed akan menurunkan suku bunga secara bertahap, sekitar 50 basis poin antara Oktober dan Desember. Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan akan melanjutkan pelonggaran moneter, meski tidak seagresif sebelumnya.
Dari sisi nilai tukar, rupiah diprediksi akan cenderung menguat dibandingkan tahun 2024. Sementara itu, yield obligasi diperkirakan akan turun atau setidaknya bertahan di level saat ini.
"Kami berharap, dengan implementasi kebijakan pemerintah yang berjalan baik, aliran modal asing akan kembali masuk. Penerbitan obligasi korporasi juga berpotensi meningkat, karena biaya dana menjadi lebih murah seiring dengan penurunan yield," pungkas Salvian.