Faktual News PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), baru saja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, perjalanan EMAS sejak beroperasi awal 2022 hingga kini menyimpan misteri: mengapa perusahaan ini belum mencetak laba?
Direktur EMAS, Albert Saputro, mengungkap kunci teka-teki tersebut dalam konferensi pers di Jakarta, 23 September 2025. Ia menjelaskan bahwa Proyek Emas Pani (Pani Gold Project), yang masih dalam tahap pengembangan intensif, menjadi biang keladinya. "Semua aset baru selesai diakuisisi dari MDKA di akhir 2021. Sejak 2022 hingga sekarang, fokus kami tertuju pada proses drilling dan pengembangan. Kita hampir mencapai tahap akhir pengembangan, dengan penyelesaian proyek sudah di depan mata," ungkap Albert.

Proses penambangan Proyek Emas Pani dijadwalkan dimulai pada kuartal IV 2025, dengan harapan produksi emas pertama akan terealisasi pada kuartal I 2026. Prospektus perusahaan menargetkan produksi awal dengan fasilitas heap leach pada 2026 berkapasitas 7 juta ton bijih per tahun, menghasilkan 145 ribu troy ounce emas per tahun.
Namun, perjalanan menuju profitabilitas ini tak mulus. Sejak 2022, EMAS mencatatkan kerugian USD11,3 juta. Meskipun sempat mengalami penurunan kerugian pada 2023 menjadi USD6,8 juta, angka tersebut kembali membengkak menjadi USD12,7 juta di 2024 dan USD9,2 juta pada tiga bulan pertama 2025 (naik dari USD4,2 juta di periode yang sama tahun sebelumnya).
Kendati demikian, pencatatan saham EMAS di bursa hari ini menandai langkah signifikan. Melalui IPO, EMAS melepas 1,62 miliar saham baru (10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh) dengan harga penawaran Rp2.880 per saham, berhasil mengumpulkan dana Rp4,66 triliun. Sebagian besar dana tersebut (sekitar 80%) akan digunakan untuk melunasi utang kepada MDKA, sementara sisanya dialokasikan untuk modal kerja. Apakah strategi ini akan membawa EMAS menuju profitabilitas? Kita tunggu saja babak selanjutnya.